SELAMAT DATANG

Selamat datang di Blog Darah Daud 303. Semoga Anda menikmati apa yang ada di blog ini. Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amen.

Cari Blog ini

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Blog DARAH DAUD 303 Memiliki aktivitas antara lain: penelitian, penulisan & konseling

Sabtu, 27 Februari 2016

CAWAN KRISTUS: "Paradox Air Mata Perawan Maria Di Seminario Maior Fatu Meta Dili Dalam Perspektif Fides Quaerrens Intellectum" (bag: 1)



Pendahuluan: "Saya bukan fihak yang berkompeten menjelaskan"

Sebelumnya perlu saya garis bawahi dari awal bahwa saya menuslikan artikel ini dalam 3 kapasitas yang saya miliki, yaitu;

(1). Sebagai Mistikus
(2). Sebagai Peneliti Ilmu Bilangan
(3). Sebagai 484 (Gelar Akademis alias Gelar Pendidikan Profesi yang saya sandang).

Dengan demikian, jika dalam artikel ini, Anda temukan pemikiran, pandangan dan atau opini, yang
berbeda dengan selera Anda, harap dimaklumi karena perbedaan tersebut timbul bukan karena "Bunda kita salah mengandung".


Semenjak terjadi kejadian (yang menurut orang awam adalah kejadian aneh), di mana patung Bunda Suci Perawan Maria di Seminario Maior Fatumeta Dili Timor Leste "menangis" pada 25 Februari 2016, inbox saya penuh dengan ratusan pertanyaan dari FB'ers mengenai kejadian tersebut.

Bahkan sampai detik ini, pertanyaan mengenai kejadian (fenomena aneh) tersebut masih terus masuk. Saya tidak tahu, kenapa para sahabat FB'ers harus menanyakan kejadian tersebut kepada saya?

Saya merasa bukanlah fihak yang "berkompeten"; baik secara moral, maupun secara iman, untuk harus menjelaskan kejadian tersebut. Artinya, saya tidak memiliki; otoritas intelektual, otoritas sosial, otoritas moral, apalagi "otoritas iman", untuk memberikan penjelasan atas isu tersebut.

Apalagi saya tinggal di luar Timor Leste. Saya tidak melihat secara langsung kejadian tersebut, kecuali hanya membaca beritanya melalui medsos (media sosial) dan melihat gambar/foto yang dikirimkan kepada saya.

Sebagian foto yang dikirimkan kepada saya, saya lampirkan dalam artikel ini (ada foto di mana umat membawa botol aqua untuk menampung air mata yang mengalir keluar dari "mata kiri" patung Bunda Suci Perawan Maria.

Fihak yang menurut saya, tepat dan berkompeten untuk memberi pencerahan (menjelasakan segala sesuatunya) adalah "Gereja Katolik Timor Leste", baik secara institusi maupun secara individu. Dan sebaiknya, masyarakat (Katolik Timor Leste), memperhatikan dengan cara saksama, penjelasan dari Fihak Gereja Katolik Timor Leste tentang isu ini.

Saya tidak mengatakan atau menyarankan masyarakat Timor Leste "harus percaya" atau "tidak boleh percaya", pada penjelasan resmi dari Gereja Katolik mengenai kejadian ini. Tapi saya hanya sebatas mengatakan; "simaklah secara seksama penjelasan dari Gereja Katolik Timor Leste dengan segala akal budi Anda".

Beberapa sahabat mengatakan (via inbox) bahwa ada komentar beragam dari para Praktisi Gereja Katolik Timor Leste tentang isu ini. Sebagian pernyataan fihak Gereja mengatakan bahwa kasus ini masih akan dipelajari lebih lanjut; apakah ini benar-benar AIR MATA yang keluar dari patung Bunda Suci Perawan Maria? Atau ini terjadi karena "AIR HUJAN" yang menetes dari atap (plafon), lalu mengenai "mahkota" di kepala Bunda Suci Perawan Maria, kemudian air hujan tersebut merembes ke bawah, lalu keluar melalui "mata patung Bunda Suci Perawan Maria" (???).



DARI DULU GEREJA SELALU HATI-HATI MENANGGAPI FENOMENA ANEH

Sekedar flash back, jika kita menengok ke belakang untuk menyimak catatan sejarah, mulai dari "Penampakan Lourdes Perancis pada tahun 1858, sampai penampakan Fatima Portugal 1917, dan seterusnya, termasuk kejadian aneh lainnya yang lebih heboh di mana patung Bunda Suci Perawan Maria "menangis mengeluarkan darah" sebagaimana terjadi di Naju Korea Selatan, Fihak Gereja tidak terburu-buru memberikan pernyataan resmi yang defenitif. Karena dikhawatirkan terjadi kesalahan.

Fihak Gereja Katolik juga tampaknya (maaf), belajar dari pengalaman yang sudah-sudah. Misalnya pada penampakan Lourdes Perancis 1858 dan penampakan Fatima Portugal 1917, pada awalnya banyak orang, termasuk Fihak Gereja Katolik sendiri bersikap "skeptis" (meragukan). Bahkan butuh durasi waktu bertahun-tahun untuk tiba pada satu kesimpulan defenitif, bahwa penampakan tersebut memang benar-benar paten (baca: asli).

Bukan sekedar karena St. Bernarddete mengalami "halusinasi" (visual maupun auditorik) di Lourdes Perancis pada 1858 atau juga bukan karena 3 gembala kecil (Lucia, Jacinta & Francisco) mengalami "halusinasi" (visual maupun auditorik) di Cova da Iria Fatima Portugal pada tahun 1917.

Halusinasi (baik visual maupun auditorik), adalah istilah teknis, yang sering digunakan di dunia Kedokteran, terhadap pasien-pasien yang mengidap penyakit jiwa, karena impuls-impuls sensoris mereka (mata & telinga), melihat dan mendengar obyek-obyek yang sejatinya tidak pernah ada.

Sesuatu pernyataan (entah verbal maupun leteral) yang disampaikan oleh seseorang, dikategorikan sebagai sesuatu yang tidak dapat dipercaya kebenarannya, dan akhirnya diberi "stigma" sebagai "halusinasi (entah visual maupun auditorik), apabila fihak lain tidak bisa mengalaminya pada level "empiris" (fakta yang bisa diinderai = dilihat, dipegang, disentuh, dikecap, didengar dan seterusnya).
Tapi mengenai kejadian aneh di Seminario Maior Fatu Meta Dili, tidak bisa dikategroikan sebagai "halusinasi", karena ada kejadian nyata berupa fakta (empiris), yang bisa diinderai (disaksikan) oleh banyak orang.

Bukan hanya satu orang yang mengaku-ngaku bahwa "ada air bening", yang muncul dari mata patung Bunda Suci Perawan Maria, tapi banyak orang yang melihat sendiri kejadian tersebut dan kemudian merumuskannya dalam kalimat yang lugas: "Bunda Suci Perawan Maria menangis".

Jadi kalimat pernyataan; "Bunda Perawan Maria menangis", bukan karena merupakan hasil halusinasi atau utopia (hayalan), tetapi kalimat tersebut dirumuskan berdasarkan kejadian (fakta empiris) di mana ada air bening yang benar-benar keluar dari mata patung Bunda Suci Perawan Maria.

Atas dasar fakta (empiris) itulah, di awal tulisan ini, saran saya kepada masyarakat Timor Leste (khususnya mereka yang "sama awamnya" dengan saya), bukan untuk langung saja percaya, atau "tidak boleh percaya", pada penjelasan Fihak Gereja, tapi sebaiknya, menggunakan segala kekuatan akal budi Anda untuk menyimak dengan "cara seksama", dalam menanggapi penjelasan resmi Fihak Gereja Katolik Timor Leste mengenai fenomena aneh tersebut, sambil menunggu "penelitian" lebih lanjut, dari mana sebenarnya cairan tersebut?



CAIRAN TRANSUDAT ATAU EXUDAT?

Istilah "transudat dan exudat" adalah istilah di dunia Kedokteran. Kebetulan saya berkecimpung cukup lama di dunia yang satu ini (Kedokteran) sebelum memutuskan untuk menjalani Puasa VVV semenjak tahun 2003 hingga detik ini, maka saya memilih istilh medis ini (transudat & exudat), untuk membantu saya dalam hal memudahkan redaksionalnya (teknis penulisan).

Misalnya; ada pasien datang menemui dokter dan mengeluh;

"Dok, saya merasa sesak kalau bernafas. Ada rasa nyeri di dada. Batuk sudah lebih dari 3 bulan tidak sembuh. Kadang batuk mengeluarkan darah. Kalau dini hari ada keringat dingin. Tubuh saya makin kurus", dan seterusnya dan lain sebagainya.

Mendengar keluhan (subyektif) pasien di atas, kemungkinan besar, sesuatu yang muncul di benak si dokter adalah; "TBC" (Tuberculosis), karena semua gejala klinis yang disampaikan pasien, mengarah ke TBC.

Begitu dokter melakukan pemeriksaan fisik, pada saat melakukan "auscultasi" (menggunakan stetoschop) maupun "perkusi" (menggunakan jari0jari), di area dada, kok ada bunyi abnormal? Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang (terutama BTA & Rontgen), ternyata benar: pasien mengidap TBC PULMONAL. Saya sengaja menambahkan kata PULMONAL, karena berdasarkan lokasi (organ), ada TBC Extra Pulmonal (TBC yang mengenai organ bukan paru-paru, misalnya, TBC Tulang, TBC Usus, dll).

Setelah dilakukan pemeriksaan Rontgen ternyata ada cairan dalam jumlah abnormal, yang tertimbun di dalam pleura pasien, yang dalam istilah medis disebut "EFUSI PLEURA" (orang awam biasanya menyebut; paru-paru basah alias pulmaun bokon).

Dokter mulai berpikir; "Apakah cairan yang tertimbun dalam pleura pasien tersebut adalah; CAIRAN EXUDAT atau CAIRAN TRANSUDAT?" Untuk memastikannya, dokter perlu melakukan pemeriksaan lanjutan.

Dalam bahasa yang sangat sederhana, CAIRAN TRANSUDAT dapat didefenisikan sebagai "cairan yang berasal dari tempat lain kemudian muncul di tempat yang berbeda". Sementara CAIRAN EXUDAT adalah "cairan yang bukan berasal dari tempat lain, melainkan cairan yang muncul dari lokasi yang sama karena berasal dari lokasi yang juga sama".

Penggambaran di atas, sengaja saya tampilkan, selain untuk memudahkan redaksionalnya (penulisan dengan penggunaan terminologi yang simple), juga sebagai "analog" saja untuk menelusuri proses munculnya cairan yang mengalir keluar dari mata Bunda Suci Perawan Maria, guna memastikan; apakah cairan tersebut adalah merupakan CAIRAN TRANSUDAT, yakni; AIR HUJAN yang jatuh dari plafon dan tertimbun di MAHKOTA Bunda Suci Perawan Maria, lalu kemudian merembes keluar melalui mata?

Atau CAIRAN EXUDAT, yaitu bukan merupakan AIR HUJAN, melainkan air tersebut betul-betul muncul begitu saja dari mata (patung) Bunda Suci Perawan Maria, yang kemudian oleh orang awam maupun yang bukan awam, menyatakannya dalam bahasa yang sangat lugas, yaitu; "Bunda Maria menangis" (dalam Bahasa Tetun: "Nossa Senhora tanis".



ALASAN PEMILIHAN THEMA (JUDUL)

Jujur saja, sejatinya, saya ingin sekali mengabaikan isu (aneh) ini. Untuk apa capai-capai habis(in) tenaga, pikiran dan energi lainnya untuk menulis isu ini. Ini bukan ranah (domain) saya. Lagi(an) toh, saya tidak tinggal di Dili dan ikut menyaksikan secara langsung kejadian aneh tersebut. Terlebih lagi tidak ada fihak yang membayar saya untuk menuliskan isu ini.

Tapi gara-gara banyak sekali rekan FB'ers bertanya (entah atas alasan apa mereka harus menanyakannya kepada saya), akhirnya, isu ini jadi beban pikiran saya ("Ya TUHAN, kalau saya tidak menjelaskan, dosa gak ya??").

Maka kemarin, 26 Februari 2016, setelah selesai berdoa KORONKA, saya mengajukan dua pertanyaan tentang fenomena aneh ini. Pertanyaan pertama, saya ajukan kepada Bunda Suci Perawan Maria. Pertanyaan kedua, saya ajukan langsung kepada TUHAN YESUS sendiri.

Bagaimana bunyi (teknis) pertanyaannya? Biarlah saya, Bunda Suci Perawan Maria dan TUHAN YESUS yang mengetahuinya. Yang perlu saya share kepada publik, ternyata, jawaban yang saya peroleh dari Bunda Suci Perawan Maria dan TUHAN YESUS, sungguh-sungguh di luar dugaan saya.
Jawaban yang saya peroleh dari Bunda Suci Perawan Maria dan TUHAN YESUS ternyata, jika diibaratkan sebagai sebuah "bangunan geometri", bentuknya adalah "kongruen", yaitu; "sama dan sebangun".

Jujur, sejujur-jujurnya, saya heran dengan jawaban yang saya peroleh. Sungguh di luar dugaan saya sebelumnya. Karena itulah saya harus menulis artikel ini dan memilih thema sentral artikel dengan dua frasa penting, yaitu; "CAWAN KRISTUS", dengan sub judul;

"Paradox Air Mata Perawan Maria Di Seminario Maior Fatu Meta Dili Dalam Perspektif "Fides Quaerrens Intellectum"

Titik tolak pembahasan mengenai kejadian aneh di Seminrio Maior Fatu Meta Dili, yang saya beri brand (label) sebagai; CAWAN KRISTUS, dimulai dari pernyataan Santo Anselmus dari Canterbury (yang pernah hidup antara tahun 1033-1109), yang alam Bahasa Latin berbunyi; "Fides Quaerrens Intellectum", yang artinya; "Iman yang mencari pengertian".

Sekedar info saja untuk diketahui; bahwa pada mulanya, rumusan berbunyi; "Fides Quaerrens Intellectum", adalah judul yang diberikan oleh St. Anselmus, pada salah satu karyanya yang kemudian diberi nama baru; PROSLOGION.

Judul tersebut merupakan varian dari ungkapan St. Agustinus dari Hippo, yang berbunyi; "Credo Ut Intelligam", Bahasa Latin, yang artinya; "Aku percaya agar dapat mengerti".
Ini artinya, bahwa dalam ranah Teologi, iman menuntut pemikiran ilmiah, tapi bukan sebaliknya (pemikiran ilmiah menuntut iman).

Jika diterapkan kepada kejadian aneh di mana air mengalir keluar dari mata Bunda Suci Perawan Maria, di Seminario Maior Fatu Meta Dili, maka pertama-tama tidak bisa disalahkan jika ada yang percaya bahwa di balik kejadian tersebut, ada campur Tangan ALLAH. Tapi selanjutnya dibutuhkan pemikiran ilmiah melalui penelusuran (penelitian) yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, untuk memastikan; Apakah iman kita itu benar atau keliru?"

Pertanyaan yang mungkin timbul adalah; "Saya yang menuliskan artikel ini, berada di fihak yang mana?

Apakah saya berada di fihak yang percaya bahwa kejadian tersebut memiliki kodrat Ilahi karena kejadian tersebut bersifat adi kodrati?

Ataukah saya berada di fihak yang menganggap kejadian tersebut adalah kejadian biasa saja, karena air yang keluar dari mata Bunda Suci Perawan Maria, adalah AIR HUJAN yang menetes dari atas plafon?

Sementara ini, saya menempatkan diri saya dan juga sekaligus menempatkan artikel ini pada posisi "diametralis", untuk menjembatani antara dua glongan besar tersebut di atas.

Tapi satu hal yang pasti, sebagaimana saya telah menyampaikannya di awal artikel ini, bahwa saya menuliskan artikel ini sebagai seorang "mistikus & peneliti Ilmu Bilangan".

Sebagai "Peneliti Ilmu Bilangan", saya membagi kejadian aneh tersebut ke dalam sejumlah kategori (variabel). Setiap kejadian selalu dibentuk oleh sejumlah dimensi, antara lain;

Dimensi Waktu
Dimensi Tempat
Dimensi peristiwa (yang menggambarkan karakter peristiwa itu)
Dan seterusnya.

Kemudian saya mengkonversikan semua dimensi di atas ke dalam Bilangan. Misalnya; Dari dimensi waktu, kejadian tersebut terjadi terjadi pada "Bilangan Waktu" (tanggal); dua puluh lima Februari dua ribu enam belas".

Ternyata, entah kebetulan atau tidak, bunyi kalimat; Dua puluh lima Februari dua ribu enam belas, jika dikoversikan ke dalam Bilangan Latin, nilai numerik yang muncul ada makna Teologinya, yang belum saatnya dibahas di sini.

Tidak selamanya ALLAH menyampaikan "Kehendak-Nya", dengan menggunakan bahasa yang nyata dan lugas kepada manusia. Tapi kerap kali ALLAH menyembunyikan "Pesan-Pesan-Nya yang suci" di balik sejumlah peristiwa yang dapat dialami manusia dalam berbagai bentuk.

Kehadiran ALLAH tersembunyi di balik Kayu Salib. Begitu pula ALLAH menyembunyikan Kehendak-Nya di balik berbagai peristiwa, baik yang dapat difahami dengan rasio, maupun yang sulit diselami rasio manusia, kecuali hanya bisa direnungkan melalui kontemplasi yang mendalam dengan hati.

Konsepsi Teologi Imam kenamaan; Martin Luther, mengandung paradox, dengan menyampaikan pandangannya mengenai ALLAH, dalam dua arah, yaitu; ALLAH yang mewahyukan Diri-Nya secara nyata dalam wujud Manusia Sejati bernama YESUS, yang lahir di Kota Daud, dan ALLAH yang tersembunyi dan tak ternyatakan (dalam berbagai pengalaman hidup manusia).

Karena itulah salah satu Filsuf terbesar masa lalu, seorang Lutheran, bernama Kierkegaard, berkata mengenai KRISTUS begini;

"YESUS KRISTUS sebagai ALLAH sejati dan Manusia sejati, merupakan sebuah "Paradoks Absolut". Dan selanjutnya seorang Kierkegaard berkata mengenai paradoks begini;
"Bagaimanapun juga, seseorang tidak boleh menganggap remeh paradoks, sebab paradoks merupakan sumber keprihatinan pemikir, dan pemikir tanpa paradoks, seperti kekasih tanpa perasaan, yang merupakan sesuatu yang tanggung, yang tidak berguna. Keprihatinan pokok dari semua pikiran adalah usaha manusia untuk menemukan sesuatu yang tidak dapat dipikirkan oleh pikiran" (sumber: Philosohical Fragments, terjemahan David Swenson, Princeton University Press, 46).

Saya mengakhiri seri pertama artikel ini dengan tetap menyampaikan "pesan klasik" yaitu, khusus kepada masyarakat Timor Leste, terspesial kepada penghuni Kota Dili, untuk tetap melanjutkan melakoni 3B (Berdoa, Bertobat & Bertirakat).

Pesan klasik (dan mungkin juga klise) di atas harus saya sampaikan, karena ternyata kata MENANGIS", yang digunakan banyak orang untuk menggambarkan kejadian aneh; "Bunda Maria menangis", jika dikonversikan ke dalam Bilangan Latin, hasilnya;

MENANGIS = 82
AIR LAUT = 82

Jangan-jangan, "Bunda Maria menangis" di Kota Dili, adalah sebagai pesan nyata bahwa AIR LAUT yang selama ini telah saya bahas, akan benar-benar mengunjungi Kota Dili untuk memastikan bahwa;
Dari semenjak awal menciptakan alam semesta ini, ALLAH menetapkan TANAH Timor itu sebagai TANAH YAHUDI. Dan sebagai TANAH YAHUDI, maka wajib hukumnya, semua orang yang hidup di atas TANAH YAHUDI harus menguduskan HARI SABAT.

Semoga artikel ini bermnafaat. Selamat berakhir pekan bersama Keluarga tercinta. Selamat merayakan SABAT Suci. TUHAN YESUS Yang Maha Pengasih memberkati kita semua (hitam & putih). Amin.



BERSAMBUNG;

Catatan Kaki;

Tulisan ini akan saya tambahkan ke "calon nobel" saya berjudul; AQUERO: KENDI DI KAKI TUHAN, yang saat ini masih dalam proses penulisan.

Kali-kali aja, judul novel saya; AQUERO, yang telah saya umumkan semenjak tahun 2015, ada hubungan erat dengan kejadian aneh di Seminario Maior Fatu Meta, yang memaksa orang-orang yang menampung "air mata" yang mengalir keluar dari Mata Bunda Suci Perawan Maria dengan "botol AQUA", seperti yang tampak dalam foto terlampir.

Para Filsuf bilang; "Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini". Karena di balik setiap peristiwa, selalu ada alasannya masing-masing. Sayangnya, tidak semua alasan itu dapat kita temukan.
Terima-kasih banyak, Anda sudah mau membaca artikel ini sampai selesai.

 Semoga TUHAN YESUS Yang Maha Pengasih memberkati Anda & Keluarga.

Tidak ada komentar: